Sabtu, 07 Agustus 2010

Berpuasa Dengan Iman dan Ihtisaban

Dalam Shahihain (Shaih Al-Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari jalur periwayatan Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda :

من صام رمضان إيمانا ً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan atas dasar iman dan mengharap ridha Allah (ihtisaban) maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari (Syarah Shahih Al-Bukhari) menyatakan : “bil-iman: al-I’tiqad bifaridhati shaumih (meyakini wajib/ fardhunya berpuasa)”. Wabil-ihtisab : Thalabuts tsawab minallahi ta’alaa ( mengharap pahala dari Allah Ta’ala).

Al-Manawi dalam kitabnya Faidh Al-Qadir menyatakan : من صام رمضان إيمانا = membenarkan pahala dari Allah bahwa itu adalah benar (tashdiqan litsawabillah annahu haq). واحتساباً لأمر الله به = mengharapkan pahala dari Allah tidak karena riya, terkadang seseorang meyakini sesuatu itu benar tapi tak melakukannya dengan ikhlas.

Imam Al-Nawawi menyatakan : معنى إيماناً: تصديقاً بأنه حق مقتصد فضيلته

Makna imanan adalah menyatakan sesuatu itu benar berikut keutamaannya.

ومعنى احتساباً، أنه يريد الله تعالى لا يقصد رؤية الناس ولا غير ذلك مما يخالف الإخلاص.

Dan arti ihtisaban adalah bahwa ia bermaksud karena Allah tidak kepada selain-Nya dan semua hal yang selain ikhlash.

Sumber :

http://www.malak-rouhi.com/